Sebagaimana
hal ihwal penciptaan diri kita, sejak semula kita ini adalah pemenang
sejati yang telah bersaing dengan jutaan sel sperma yang lain untuk
membuahi sel telur sang ibu. Dari semula kita adalah pemenang yang luar
biasa. Tidak bisa dibantah lagi, kita ini sang juara sejati.
Pertanyaannya
sekarang, mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sering pesimis,
baru menghadapi kegagalan sekali sudah putus asa? Mengapa kebanyakan
dari kita berpikir seperti seorang pecundang?
Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut, tapi menurut saya faktor
yang dominan adalah faktor mental. Kebanyakan dari kita hidup dan
dibesarkan di lingkungan yang pesimis, dan di sekolah pun kita tidak
pernah diajarkan bagaimana cara memiliki atau menumbuhkan mental
positif. Di sekolah, jika kita tidak bisa menjawab soal/pertanyaan
dengan jawaban benar (menurut guru) maka kita akan dicap sebagai anak
bodoh. Dan ngerinya jika kita menyetujui atau mempercayai cap tersebut secara mental maka akan benar-benar jadi bodohlah kita.
Demikian
juga bila kita hidup di keluarga yang serba kekurangan, biasanya orang
tua kita akan berkata, “Kita tidak bisa ini, kita tidak punya itu,
kita ini orang miskin yang tidak punya apa-apa.” Atau, “Jangan mimpi
yang tidak-tidak, bisa makan saja sudah untung.” Demikian seterusnya,
kata-kata negatif semacam itu selalu kita dengar hampir sepanjang hari
sehingga lambat laun hal itu kita percaya sebagai sebuah kebenaran atau
sebuah takdir yang tidak bisa dirubah.
Oleh
sebab itu, anak-anak yang lahir dan dibesarkan di tengah-tengah
keluarga orang sukses akan lebih mudah meraih sukses yang mereka impikan
karena kata-kata dan sugesti positif selalu ia dapatkan dari
lingkungannya. Namun, anak-anak yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah
keluarga yang serba kekurangan akan lebih sulit untuk sukses karena
kalimat dominan yang sering mereka dengar adalah kalimat negatif yang
menyugesti diri sendiri kepada ketidakberdayaan. Kepercayaan orang tua
mereka juga rata-rata adalah kepercayaan para pesimis yang secara tidak
mereka sadari mengabaikan potensi alami manusia yang sebenarnya luar
biasa sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Adil. Kalau kita mengikuti
kepercayaan mereka yang kurang tepat tersebut tentu saja sampai mati pun
kita tidak akan mungkin mampu menemukan dan menggali potensi diri kita
yang sesungguhnya luar biasa.
Maka
untuk menjadi sang Juara Sejati, langkah pertama yang harus kita ambil
adalah merubah mental kita menjadi mental juara. Apapun hambatan yang
menghadang, kita harus bisa menyugesti diri sendiri bahwa kita mampu
melewatinya. Bagaimana pun keadaan kita saat ini—memperihatinkan atau
mengenaskan–kita harus bisa meyakinkan diri bahwa kita adalah Pemenang
Sejati. Dengan begitu, akan ada motivasi dari dalam yang akan
membangkitkan semangat agar kita bisa bangkit dan keluar dari belenggu
diri.
Membebaskan
pikiran dari belenggu ketidakmampuan bukanlah hal yang mudah, tapi
jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, pasti kita bisa dan
memang bisa. “Jangan mau seumur-umur dibodohi diri sendiri”, begitu
kata Drs. Waidi, MBA. Ed dalam bukunya, “Self Empowerment by NLP”.
Memang
tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap diri kita pasti
punya kekurangan atau kelemahan. Tapi bukan berarti kita harus bersedih
atau putus asa karena kelemahan tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa
Tuhan itu Maha Adil; selain kelemahan, ternyata kita juga dikaruniai
kelebihan atau keunikan yang melekat pada diri kita. Satu-satunya jalan
adalah kita harus memfokuskan perhatian pada kelebihan dan keunikan
diri kita tersebut sehingga hal itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk
menggali potensi agar kita menjadi manusia yang luar biasa. Dari sini
kita bisa memahami bagaimana pentingnya memiliki mental juara.
Mental
juara itu selalu berkata, “Anda unik, Anda punya kelebihan, Anda bukan
manusia sembarangan!” Mental juara juga akan berkata, “Anda pasti bisa
kalau mau mencoba, selalu ada jalan untuk mewujudkannya, jangan pernah
putus asa!” Mental juara akan membawa kita menjadi juara yang
sesungguhnya karena selalu ada kekuatan di balik sebuah kepercayaan.
Semakin kita meyakini, semakin dekat dengan kenyataan. Demikian juga
dengan sikap mental juara, ia akan membuat kita semakin percaya diri
dalam melangkahkan kaki menyusuri kehidupan ini ke arah tujuan hidup
kita.
Sebagaimana
proses awal penciptaan diri kita; kita adalah seorang pemenang dan
memang “dilahirkan untuk menang” maka menjadi seorang pemenang adalah
hak saya, hak Anda, hak kita semua. Mulailah dengan memiliki mental
juara dan yakinkan diri kita bahwa menjadi pemenang adalah hak kita.
Kita tidak hanya bisa menjadi penonton para juara, tapi kita juga bisa
menjadi sang Juara sejati–seperti mereka yang mungkin menjadi idola
kita—dalam kehidupan nyata. Akhirnya, ucapkanlah “selamat jalan/selamat
tinggal” kepada para pecundang atau para pesimis yang bersemayam dalam
diri kita, “Daaa…! Bye-bye…!”
Percayalah, menjadi seorang pemenang adalah hak Anda! Anda adalah sang juara sejati…!
Sekarang, beranikah Anda mengubah mental dan pikiran Anda…?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar