Selasa, 30 April 2013

Teori Desain Inteligensia

Pertanyaan: Apa itu Teori Desain Inteligensia?

Jawaban:
Teori Desain Inteligensia mengatakan bahwa “sebab-sebab inteligensia dibutuhkan untuk menjelaskan kompleksitas dan kekayaan informasi yang terkandung dalam struktur-struktur biologi, dan penyebab-penyebab ini dapat dideteksi secara empiris.” Fitur-fitur biologis tertentu bertentangan dengan penjelasan “kesempatan secara acak” yang menjadi standar penganut Darwin. Fitur-fitur tsb kelihatannya berdasarkan rancangan. Karena secara logika desain membutuhkan desainer yang berinteligensia, kesan adanya desain disebutkan sebagai bukti dari seorang Desainer. Ada tiga argumen utama dari Teori Desain Inteligensia: (1) Kompleksitas yang tak dapat dikurangi, (2) kompleksitas yang ditentukan, dan (3) Prinsip Antropis.

(1) Kompleksitas yang tak dapat dikurangi didefinisikan sebagai “ … sebuah sistim tunggal yang terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi secara berpadanan dan menghasilkan fungsi dasar, di mana hilangnya salah satu bagian itu mengakibatkan sistim itu secara efektif berhenti berfungsi.” Secara sederhana, hidup terdiri dari bagian-bagian yang berjalinan yang saling bergantung kepada satu dengan yang lain untuk bisa berguna. Mutasi secara acak mungkin menyebabkan berkembangnya bagian yang baru, namun tidak dapat menjelaskan perkembangan secara serentak dari berbagai bagian yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistim itu. Misalnya, mata manusia tentunya merupakan suatu sistim yang sangat berguna. Tanpa bola mata (yang pada dirinya sendiri juga merupakan merupakan sebuah sistim yang kompleksitasnya tak dapat dikurangi), syaraf mata, dan lapisan mata (visual cortex), mutasi mata secara acak sebetulnya bersifat kontra-produktif untuk kelangsungan hidup dari spesies itu, dan karenanya akan lenyap melalui proses seleksi alam. Mata bukanlah suatu sistim yang berguna kecuali kalau semua bagiannya berfungsi dengan baik pada saat yang bersamaan.

(2) Kompleksitas yang ditentukan adalah konsep bahwa karena pola kompleks yang tertentu dapat ditemukan pada organisme-organisme, maka suatu bentuk tuntunan harus diperhitungkan bagi asal mula organisme itu. Kompleksitas yang ditentukan mengatakan bahwa tidak mungkin untuk suatu sebuah pola yang kompleks untuk berkembang melalui proses acak. Contohnya, sebuah ruangan yang dipenuhi dengan 100 ekor monyet and 100 buah mesin ketik mungkin pada akhirnya akan menghasilkan beberapa kata, atau bahkan mungkin beberapa kalimat, namun tidak akan pernah menghasilkan drama Shakespeare. Dan makhluk biologis jauh lebih kompleks dibandingkan dengan drama Shakespeare.

(3) Prinsip antropis mengatakan bahwa dunia dan alam semesta ditata sedemikian rupa untuk memungkinkan adanya kehidupan di planet bumi ini. Kalau saja perbandingan unsur-unsur di udara diubah sedikit saja, banyak spesies yang akan punah. Eksistensi dan perkembangan kehidupan di bumi membutuhkan begitu banyak variabel yang perlu diharmoniskan secara sempurna sehingga tidak mungkin untuk semua variabel itu untuk berada secara acak dan tidak terkoordinasikan.

Walaupun Teori Desain Inteligensia tidak mencoba mengidentifikasikan sumber inteligensia itu (apakah itu Allah atau UFO, dll), sebagian besar penganut teori ini adalah kaum theis. Mereka memandang keberadaan desain yang meliputi dunia biologis sebagai bukti dari keberadaan Allah. Ada beberapa orang atheis yang tidak dapat menyangkal bukti kuat adanya desain namun tidak bersedia mengakui Allah Pencipta. Mereka cenderung menafsirkan data yang ada sebagai bukti bahwa bumi dibenihi oleh semacam makhluk angkasa luar yang lebih unggul.

Teori Desain Inteligensia bukanlah Kreationisme Alkitabiah. Ada perbedaan penting antara kedua posisi tsb. Penganut Kreationisme Alkitab mulai dengan kesimpulan: bahwa kisah Alkitab mengenai penciptaan dapat dipercaya dan benar adanya; bahwa kehidupan di atas bumi di desain oleh Agen yang Berinteligensia (Allah). Mereka kemudian mencari bukti-bukti dari alam untuk mendukung kesimpulan ini. Penganut Desain Intelligensia mulai dengan alam dan baru kemudian tiba pada kesimpulan: bahwa hidup di atas bumi ini dirancang oleh Agen yang Berinteligensia (siapapun itu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar